KILASNEWS.COM – Kalau sudah gak becus urus TKI/BP2MI masih mendinglah jika Benny Ramdhani yang Kepala BP2MI (dulu BNP2TKI) mau main-main politik.
Termasuk minta penjarakan orang-orang yang berlawanan dengan pemerintah Jokowi.
Fakta dan masalahnya sejak era Jokowi, jumlah TKI/PMI yang meninggal saja naik pesat. Artinya manajemen pengelolaan TKI amburadul.
Coba aja bandingkan dengan saat TKI diurus Jumhur Hidayat sebagai Kepala BNP2TKI.
Baca Juga:
Sapulangit Media Center Gandeng Rilispers.com Pasarkan Publikasi Press Release di 150+ Portal Berita
Usai Saling Klaim Ketua Umum Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla Laporkan Agung Laksono ke Polisi
2 Orang Pria Ditemukan Tergeletak Tak Bernyawa di Jalur Kereta Api Wilayah Jatinegara, Jakarta Timur
Pada tahun 2014 saat Jumhur Hidayat lepas jabatan Kepala BNP2TKI.
Jumlah TKI yang meninggal bisa ditekan hingga 226 orang saja dan tahun sebelumnya 2013 yang meinggal 372.
Demikian menurut data BNP2TKI yang dilansir oleh katadata.co.id (28/02/17).
Nah sejak ganti pemerintahan itu Jumlah TKI meninggal terus meningkat pesat.
Baca Juga:
Usai Resmi Dipecat PDI Perjuangan, Budi Arie Setiadi Sebut Banyak Partai yang Mau Tampung Jokowi
Kasus Dugaan Penggelapan Dana oleh Managemennya, Artis Cantik Wika Salim Datangi Polda Metro Jaya
Pengasuh Daycare di Depok Jadi Tersangka Usai Siram Pakai Air Panas hingga Punggung Bayi Melepuh
Menurut Kepala BP2MI Benny Ramdhani selama dua tahun dari 2020-2022, TKI yang meninggal berjumlah 1445 orang.
Kalau dibagi rata aja artinya lebih dari 722 TKI meninggal dunia. Ini kan artinya 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun 2014.
Sudah kerja keras Jumhur turunkan kematian TKI, eh pas Jumhur diganti TKI yang meninggal meningkat. Harusnya kan turun terus hingga ke angka alamiah.
Saat Jumhur menjadi Kepaka BNP2TKI dia meninggalkan aktivitas politiknya dan berkonsentrasi penuh pada tugasnya ngurus TKI.
Baca Juga:
Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp482 Miliar; Koperasi Unit Desa Delima Sakti Gugat Balik LSM AJPLH
Begini Karifikasi Artis Jennifer Coppen Soal Kedekatannya dengan Seorang Pemain Timnas Indonesia
Jadi ya nyata hasilnya. Nah, kalau pegang jabatan hanya untuk petantang petenteng kayak preman ain politik ya begitulah jadinya, rakyat jadi korbannya.
Oleh: Andrianto, tokoh oposan.***